Tak Kenal Maka Tak Sayang

Hallo!

Pada kesempatan kali ini, aku akan memposting 
tentang diriku dan juga lingkungan tempat tinggalku. Kalian, belum kenal aku kan? Makanya, ayok kenalan. Karena tak kenal maka tak sayang😂

Omong-omong, ini merupakan tugas dari guruku sebagai materi online dalam kegiatan belajar dirumah di tengah pandemi virus Corona ini. 

Okee, langsung simak saja ya.

Namaku Nur Khamimah. Aku merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Aku tinggal di Desa Tumbrep, sebuah desa kecil yang ada di Bandar, Batang, Jawa Tengah. 

Usiaku 16 tahun dan akan bertambah menjadi 17 tahun saat bulan Juli nanti. Sementara adikku 
masih berusia 8 tahun dan masih duduk di bangku sekolah dasar. Dia masih kelas tiga. 

Aku sendiri sudah kelas XI dan bersekolah di SMK NU bandar. Sebuah sekolah kejuruan swasta yang ada di Kecamatan Bandar Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Meskipun swasta, kualitasnya tak kalah dari sekolah negeri. Dimana SMK NU Bandar ini telah terakreditasi A dan telah bekerja sama dengan yayasan Toyota Astra yang merupakan sebuah perusahaan besar. Selain itu, sekolahku juga sudah banyak bekerja sama dengan banyak perusahaan lainnya. Maka tak heran, murid-muridnya disiplin dan taat peraturan. Dan yang paling penting, mereka semua pintar-pintar. Termasuk aku, wkwk.

Di sekolahku, terdapat lima jurusan. Yaitu Teknik Komputer Jaringan (TKJ), Teknik Bisnis dan Sepeda Motor (TBSM), Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik Audio Video (TAV), dan yang terakhir ada Akuntansi. Banyak kan? Jika kalian ingin bersekolah disini, kalian bisa memilih jurusan seusai keahlian kalian. 

Meskipun terletak di kampung, kualitas SMK NU Bandar mungkin tak akan kalah dengan kualitas SMK yang ada di kota. Contohnya saja di SMK NU sudah diterapkan 5R, K3LH, dan adanya peralatan praktek yang mumpuni di setiap jurusan. Selain itu, tiap jurusan juga sudah memiliki Lab komputer. Untuk jurusan TKR dan TBSM juga sudah memiliki bengkel yang cukup besar.

Bukan hanya itu, SMK NU Bandar juga memiliki lapangan dan halaman yang luas. Oh ya, jangan lupakan tempat parkir yang juga sama luasnya. Apalagi ditambah adanya atap yang menaungi motor agar tidak kepanasan. 

Bagaimana? Menarik bukan? Kalau kalian ingin bersekolah di SMK NU Bandar, hubungi aku saja ya. Hehe:D

Di atas aku sudah membahas tentang sekolahku. Dan kali ini, aku akan membahas tentang lingkungan tempat tinggalku. Yaitu Desa Tumbrep yang tadi sudah aku katakan merupakan desa kecil yang ada di Bandar. 

Bisa dikatakan pelosok sih, tapi tidak terlalu pelosok seperti di pedalaman. Karena disini masyarakatnya mayoritas sudah sadar akan teknologi dan juga sudah bisa akses internet dengan mudah. Listrik pun sudah diterapkan dengan mudah disini. 

Desa Tumbrep terletak diantara dua kecamatan. Yaitu Kecamatan Bandar dan Kecamatan Blado. Terdiri dari delapan pedukuhan letaknya yang terpisah-pisah. Ada Dukuh Tumbrep, Dukuh Buntit, Dukuh Beringin, Dukuh Rembul, Dukuh Sibelis, Dukuh Cepaka, Dukuh Tembelang, dan Dukuh Sikandri. 

Itulah sekilas tentang desaku. Berikutnya, aku akan membahas tentang hal-hal menarik mengenai Desa Tumbrep. Sebenarnya tidak ada hal yang menarik, tapi aku akan coba membahas beberapa hal.

Di Tumbrep, tak pernah ada isitilah yang namanya kekurangan air. Sumber air di desa ini begitu melimpah. Mungkin karena letaknya yang sedikit berada di dataran tinggi membuat aliran air menjadi lancar. Biasanya, para warga akan menyambung air dari sungai bersih menggunakan paralon atau juga membuat sumur kemudian di sedot menggunakan alat pompa air. 

Selain itu, di Desa Tumbrep juga terdapat makam Mbah Wali yang disegani. Mbah Wali Bonjor namanya. Meski tak seterkenal Syekh Maulana Maghribi yang ada di Wonobodro, nyatanya masih banyak orang yang berkunjung dan mendoakannya. Tiap tahunnya, ada peringatan kematian atau khaul beliau.

Seiring berjalannya waktu, sekarang Desa Tumbrep juga telah memiliki pondok pesantren yang terletak di samping makam Mbah Wali Bonjor. Pondok tersebut didirikan oleh salah satu warga. Belum begitu terkenal sih, tapi setidaknya pondok pesantren Wali Bonjor telah memiliki puluhan santri. Pondok ini bukan berjenis pondok modern, melainkan berjenis pondok salafiyah. Jadi tidak ada sekolah formal disana. 

Selain ketiga hal di atas, sepertinya tidak ada lagi hal yang menarik untuk dibahas. Karena Desa Tumbrep sendiri merupakan desa biasa seperti desa-desa pada umumnya. 

Bagaimana? Kalian berminat ingin berkunjung ke Desa Tumbrep?

Kurasa, pembahasan kita kali ini cukup sampai disini. Jika ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan, aku mohon maaf ya. Terimakasih untuk yang sudah baca artikel ini:)

Oh iya, aku juga ingin mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa. Marhaban ya Ramadhan. Semoga kita selalu diberi kesehatan walaupun banyak penyakit yang mengancam.

Sincerely,
Nur Khamimah.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Setting Mikrotik

Cara Setting Wifi di Mikrotik

Pengertian jaringan LAN dan MAN beserta keuntungan dan kerugiannya